Salam hormat untuk seluruh civitas akademik fakultas
ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. Tulisan ini bukanlah hal yang penting
karena tidak mengusung tema-tema yang aktual atau apapun yang berbau
akademisi. Tulisan ini berisi tentang renungan atas alumni-alumni yang
sudah jauh meninggalkan dunia kampus yang pernah memberi ilmu serta secercah
harapan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Di kampus ini banyak sudah
kenangan-kenangan yang terukir, baik yang bersifat suka maupun duka.
Banyak sudah kita melihat ataupun mendengar para
alumni dari segi materi berlimpah/sukses, namun di sisi lain ada juga para
alumni yang masih bingung apa yang harus dikerjakan dengan bekal yang didapat
selama di bangku kuliah, dalam menghadapi kehidupan yang nyata penuh dengan
tantangan dan tidak jarang menguras emosi dan air mata ini. Bangga dan senang
rasa hati mendengar para alumni yang sukses, akan tetapi rasa sedih juga miris
hati ketika mendengar ada alumni yang susah untuk mendapatkan pekerjaan
apalagi untuk menciptakan lapangan kerja. Lalu timbullah sebuah pertanyaan
siapa yang salah? Tuhan kah? atau manusianya kah?
Kalau manusianya, bukankah dia sudah berusaha untuk
menuntut ilmu, bukannya Tuhan telah berjanji orang yang berilmu akan
diangkat derajatnya? Tetapi apa yang didapat, terkadang hanya kesulitan dan
kesulitan dalam menghadapi problema kehidupan. Lalu harus bagaimana
sikap kita? Atau kalau dalam ilmu kalam kita harus Mu’tazilah, Asy’ariyah,
Jabariyah, Qodariyah atau yang lain kah? Akhirnya semua pada titik
kesimpulan bahwa dunia hanyalah jalan untuk menuju kepada kehidupan yang
sebenarnya. Suka dukanya kehidupan merupakan wujud dari adanya`Tuhan itu
sendiri, bila kita bisa merenung dan mengambil hikmahnya.
Halo mbak Nurul. Senang bisa bertemu mbak lewat tulisan.
BalasHapusYang jelas untuk masalah yang diuraikan mbak, banyak jawaban, entah lewat filsafat, kalam, atau agama itu sendiri. Yang penting adalah keyakinan kita.
Di lain pihak, sesusah apapun hidup seorang alumni Ushuluddin dalam pandangan umum, ia tak pernah terlihat susah. Sifat optimistis akan menggelayuti ruh mahasiswanya.