Oleh
Yunizar Ramadhani[i]
Setelah perderbatan soal ucapan
natal, kita akan dihadapkan dengan perdebatan soal tata cara peringatan maulid Nabi Saw.
Itulah salah satu kekhasan agama
ini. Sebagian isinya adalah perdebatan-perdebatan. Lahirnya Ilmu Kalam (Teologi
Islam) diawali dengan debat-debat. Karena itulah teologi Islam disebut “kalam”
yang berarti “pembicaraan” atau “perbincangan”. Jauh ke zaman sebelumnya,
Socrates menerapkan metode debat dalam melahirkan pemikiran-pemikiran
filosofisnya, yang sadar atau tak sadar, pengetahuan kita berpijak dari
filsafatnya. Di era Barat modern, Hegel seorang filosof Jerman, menyebut hidup
kita tak lain adalah dialektika-dialektika yang tak berkesudahan. Marx juga
berpendapat demikian, namun ia lebih menjurus kepada hidup yang merupakan
dialektika ekonomi. Dalam Islam pun “jadal” (debat) adalah salah satu
strategi dakwah (QS. al-Nahl: 125) dengan catatan debat hanyalah dilaksanakan
sebagai bentuk pertahanan (defensif), bukan menyerang (ofensif).
Tentumya perdebatan harus dipandang
sebaga sesuatu yang positif dan terlepas sebisa mungkin dari unsur egoisme dan
kesombongan. Jadikanlah perdebatan sebagai pemerkaya pengetahuan yang membantu
meningkatkan kualitas iman, bukan untuk saling menatuhkan dan menghinakan (QS.
al-Hujurat: 11).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar