Jumat, 26 Desember 2014

Setelah “Selamat Natal” (Sedikit Celoteh)

Oleh Yunizar Ramadhani[i]



Setelah perderbatan soal ucapan natal, kita akan dihadapkan dengan perdebatan soal tata cara peringatan maulid Nabi Saw.

Itulah salah satu kekhasan agama ini. Sebagian isinya adalah perdebatan-perdebatan. Lahirnya Ilmu Kalam (Teologi Islam) diawali dengan debat-debat. Karena itulah teologi Islam disebut “kalam” yang berarti “pembicaraan” atau “perbincangan”. Jauh ke zaman sebelumnya, Socrates menerapkan metode debat dalam melahirkan pemikiran-pemikiran filosofisnya, yang sadar atau tak sadar, pengetahuan kita berpijak dari filsafatnya. Di era Barat modern, Hegel seorang filosof Jerman, menyebut hidup kita tak lain adalah dialektika-dialektika yang tak berkesudahan. Marx juga berpendapat demikian, namun ia lebih menjurus kepada hidup yang merupakan dialektika ekonomi. Dalam Islam pun “jadal” (debat) adalah salah satu strategi dakwah (QS. al-Nahl: 125) dengan catatan debat hanyalah dilaksanakan sebagai bentuk pertahanan (defensif), bukan menyerang (ofensif).

Tentumya perdebatan harus dipandang sebaga sesuatu yang positif dan terlepas sebisa mungkin dari unsur egoisme dan kesombongan. Jadikanlah perdebatan sebagai pemerkaya pengetahuan yang membantu meningkatkan kualitas iman, bukan untuk saling menatuhkan dan menghinakan (QS. al-Hujurat: 11).



[i] Penulis adalah alumni jurusan Akidah Filsafat angkatan 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar